Sabtu, 01 Juni 2013

Dilema Cinta




Suara rintik hujan masih terdengar bising di telinga. Angin sepoi-sepoi menambah dingin keadaan. Air terus menetes membasahi dedaunan. Suasana sepi menambah sunyi keadaan. Terlihat sesosok pemuda tampan berambut hitam tengah berteduh di bawah pohon dengan wajah penuh kegelisahan. Di genggamnya sebuah handphone sambil duduk di sepeda motor tuanya itu. Jarinya sibuk mengetik sebuah pesan yang akan dikirimkan ke Sherly kekasihnya.
 Mulutnya terus menerus menghisap rokok yang tinggal setengah batang itu.
Lama menunggu, tak ada balasan yang diterimanya. Berkali-kali Radit, panggilan akrabnya mencoba untuk menelfon kekasihnya itu. Lagi-lagi usahanya tak berbuah hasil. Sekitar lima belas kali ia menelfonya, tak ada sekalipun jawaban yang ia dapatkan.

Hujan tak lagi menetes dari langit. Terlihat hanya tetesan air dari pucuk dedaunan yang tmenetes membasahi tanah. Langit yang kusam kini telah kembali cerah. Pelangi muncul menghiasi langit yang membentang luas. Kicau burung mulai terdengar merdu di telinga. Radit mencoba kembali menghubungi Sherly. Kali ini tidak sia-sia, usahanya yang pantang menyerah membuahkan hasil. Perasaan bingung bercampur kesal yang sebelumnya ia rasakan kini berubah menjadi rasa senang. ”Hallo” Sapa Dinda  pada Radit. “Hallo” jawab Radit dengan penuh kebingungan, karena ia tahu jelas suara yang didengarnya bukanlah suara Sherly kekasihnya itu. ”Maaf ini siapa?” Tanya Radit pada orang tersebut. 
”Ini Dinda temannya Sherly. Ada yang bisa dibantu?” jawabnya. ”Bukannya ini nomornya Sherly? Koh ada di kamu sich….” Tanya Radit pada Dinda lagi.
“Iya soalnya Sherly sedang asik main ma pacarnya, jadi teleponnya dititipin sama aku. Yaaaa takut ada yang ganggu gitu.” Jawabnya sambil bercanda.
Radit bertambah bingung dengan yang di ucapkan Dinda. Bukannya aku ini cowonya, ucapnya dalam hati. “Dimana sekarang dia berada?” tanya Radit pada. “Di Danau tempat biasa dia main.” Jawab Dinda.

Tanpa pikir panjang, Radit mematikan teleponnya dan bergegas menuju tempat yang dikatakan Dinda tadi. Rasa penasaran terus membayanginya dalam perjalanan. Keringat dingin terus mengalir membasahi tubuhnya. Rasa kesal yang disertai gelisah terus memaksanya untuk memacu sapeda motornya dengan kecepatan tinggi.

Rasa penasarannya seketika langsung hilang setelah ia melihat Sherly, kekasihnya yang manis itu memang benar tengah berduaan dengan seorang cowo.
Bagai petir, hatinya terbakar, jantungnya seolah berhenti berdetak, darahnya serasa berhenti mengalir. Melihat kejadian itu, Radit hanya bisa terdiam bisu tanpa sepatah katapun yang bisa ia ucapkan. Melihat Radit, Sherly langsung mendekatinya untuk mencoba menutupi kesalahannya itu. “Sayang, ini cuma salah paham” ucapnya sambil memegang tangan Radit. Radit tidak mengeluarkan kata apapun. Ia hanya bisa memandang kekasihnya yang ia sayang itu dengan di selimuti rasa tidak percaya.  “Ini pasti cuma mimpi” ucapnya dalam hati. “Ini tak seperti yang kau kira sayang” ucap Sherly sambil mengeluarkan air matanya.
Radit meninggalkan tempat itu dan kembali menuju rumahnya. Radit masuk kedalam kamar dan mengunci erat-erat pintunya. Dalam hatinya terbesit sebuah tanya, apa salahku hingga kau melakukan ini? Hatinya terdiam terbawa rasa sedih yang terus menyelimutinya. Di tengah kesedihannya, ia dikagetkan dengan suara dering telepon genggam yang memecah suasana. Dibacanya pesan dari kekasihnya. ”Maafin aku sayang, aku emang salah, tapi aku sungguh menyesal sudah lakukan ini semua. Aku sayang sama kamu, dan aku berharap kamu juga memiliki rasa itu.”
Tak terlintas dipikirannya untuk memaafkan kekasihnya itu. Tak tahan menahan sakit yang terus bertanbah Radit membalas pesan kekasihnya tersebut. ”Iya aku maafin, tapi jangan berharap untuk bisa kembali kepelukanku. Tolong jangan hubungi aku lagi, jangan ganggu aku lagi.”






Kesedihan terus membayanginya kemanapun ia melangkah. Hari-harinya dilalui dengan penuh kesedihan. Hingga suatu hari ketika Radit sedang melamun di tepi sungai sambil mengeluarkan air matanya, dating seorang gadis berambut panjang berwajah cantik mengulurkan tangan dan menghapus airmata itu.
Dari pertemuan ini mereka saling menaruh hati. Tidak lama mereka jadian.
Radit berharap cewe itu tidak akan mengecewakannya seperti yang telah dilakukan cewenya sebelumnya. Hadirnya Rani, cewe barunya ini membuat hidupnya kembali dilalui dengan keindahan. Kembali merubahnya menjadi Radit yang ceria seperti dulu. Radit sudah melupakan Sherly, yang ada dipikirannya sekarang hanyalah Rani seorang. ”Aku Sayang Kamu Beb” tegasnya dalam hati.

By : Anggih eko p.

0 komentar:

Posting Komentar